
Di Jepang, tren baru yang mengejutkan banyak perusahaan sedang berkembang pesat: anak-anak muda memilih resign lewat jasa pengunduran diri (taishoku daikou) ketimbang mengajukan sendiri secara langsung. Kalau kamu baru dengar soal ini, ya, memang unik. Tapi ternyata, alasan di balik tren ini sangat berkaitan dengan perubahan cara pandang generasi muda terhadap dunia kerja dan budaya korporat di Jepang.
Apa Itu Jasa Resign atau Taishoku Daikou?
Jasa pengunduran diri ini sebenarnya cukup sederhana: kamu bayar penyedia layanan, lalu mereka yang akan menghubungi tempat kerjamu untuk menyampaikan bahwa kamu ingin resign. Salah satu penyedia jasa populer di Nagoya, bernama "Yamerumon", bahkan melaporkan bahwa sekitar 80% klien mereka menghubungi lewat LINE, menandakan betapa mudah dan praktisnya layanan ini digunakan.
Sejak mulai beroperasi pada Oktober 2024, Yamerumon telah membantu lebih dari 60 orang keluar dari pekerjaan mereka. Biayanya? Sekitar 19.800 yen untuk karyawan tetap. Jadi, bagi kamu yang merasa canggung atau takut menghadapi HRD atau atasan, layanan ini bisa jadi pilihan.
Kenapa Banyak Anak Muda di Jepang Memilih Resign Lewat Jasa?
Alasannya beragam. Mulai dari burnout, tekanan mental dari atasan (power harassment), hingga perasaan tidak cocok dengan pekerjaan itu sendiri. Beberapa orang mengaku mereka merasa sangat sulit menyampaikan niat resign secara langsung, apalagi jika kantor mereka punya budaya kerja yang kaku.
Seorang pria berusia 25 tahun bercerita bahwa ia tidak bisa mengatakan "saya ingin berhenti" karena takut ditolak. Ia akhirnya memilih jasa resign agar proses pengunduran dirinya bisa berlangsung dengan lebih tenang dan tertib.
Respons Perusahaan Saat Menerima Telepon Resign dari Pihak Ketiga
Kaget? Tentu. Salah satu perusahaan di Nagoya, Amaze Plus, menerima telepon dari layanan resign untuk pertama kalinya pada Januari 2025. Sang CEO, Yamamoto, awalnya merasa heran: "Kenapa gak bisa bilang langsung aja?" Namun setelah tahu bahwa karyawan tersebut sebenarnya merasa tidak cocok dengan pekerjaannya, Yamamoto mulai berpikir ulang.
Ia menyadari bahwa perusahaannya mungkin tidak cukup memberikan ruang atau perhatian kepada karyawan. Sejak saat itu, Amaze Plus melakukan reformasi internal. Mereka membangun budaya kerja yang lebih terbuka, membuat waktu khusus untuk mendengarkan suara karyawan, bahkan menyusun manual kerja yang lebih detil agar karyawan baru bisa beradaptasi lebih cepat.
Budaya Kerja di Jepang Sedang Berubah
Kamu mungkin tahu bahwa Jepang punya reputasi sebagai negara dengan etos kerja tinggi dan budaya korporat yang konservatif. Tapi sekarang, nilai-nilai itu mulai bergeser. Generasi muda Jepang lebih memprioritaskan work-life balance, ingin libur minimal 120 hari per tahun, dan menghindari lingkungan kerja yang terlalu mengikat.
Banyak mahasiswa tingkat akhir yang ditanya tentang kriteria perusahaan impian mereka menjawab, "Yang penting bisa libur cukup" atau "bisa kerja di kampung halaman". Bukan lagi gaji tinggi atau jabatan keren.
Strategi Baru Perusahaan Jepang untuk Mencegah Resign
Perusahaan mulai sadar bahwa mereka harus berubah agar bisa mempertahankan talenta muda. Misalnya, perusahaan Ash Home di Aichi yang menyamakan "masuk kerja" dengan "menikah". Tapi kenyataannya, dari 10 karyawan baru di tahun 2023, hanya 7 yang bertahan sampai dua tahun kemudian. Bahkan ada yang keluar pakai jasa resign juga.
Sebagai solusi, CEO-nya kini melakukan sesi ngobrol 1-on-1 dengan semua karyawan setiap 3 bulan. Mereka juga mengubah posisi meja di kantor agar atasan bisa lebih mudah didekati, dan mendukung pertumbuhan karier setiap individu.
Inovasi Unik: Dari Cuti untuk Dukung Idola hingga Tiket Pulang Gratis
Selain itu, ada juga perusahaan yang membuat kebijakan menarik:
- "Chipman" memberi cuti khusus untuk kegiatan mendukung idola (oshikatsu) selama 1 hari tiap tahun.
- "Yahagi Kensetsu" memberi tunjangan transportasi untuk 4 kali pulang kampung per bulan bagi karyawan lajang atau perantau.
- "Kawai Electric Works" mewajibkan karyawan baru membaca buku dan membuat resensi tiap bulan yang dibagikan ke seluruh karyawan.
Resign Lewat Jasa Adalah Cerminan Zaman
Kalau kamu merasa resign itu menegangkan atau takut ditahan oleh perusahaan, ternyata kamu tidak sendiri. Di Jepang, semakin banyak anak muda yang merasa lebih nyaman memakai jasa profesional untuk mundur dari pekerjaan.
Fenomena ini menandakan perubahan besar dalam budaya kerja Jepang. Dan bagi perusahaan, ini jadi peringatan: kalau tidak cepat berubah dan memberikan lingkungan kerja yang sehat dan suportif, kamu bisa kehilangan talenta terbaikmu hanya dengan satu panggilan telepon dari layanan resign.






